Malam ini terbangun, suamiku mengucapkan selamat.
Setiap agustus
Ada luka yang sedang berusaha ku sembuhkan, ku ucapkan pada diriku mari kita menambal batin kembali.
Sudah aku coba niatkan, berbahagialah kali ini saja.
Tapi kamu ingatkan,
Bukan salahmu mungkin maksudmu tidak begitu
Boleh ku curahkan perasaan hatiku?
Aku tidak perlu nasehat kehilangan, aku mulai mahir melaluinya. Menyaksikan mamahku di detik hembusan napas terakhirnya, mengucapkan terimakasih, maaf atas kelakuanku selama ini dan ku ikhlas ditinggalkannya.
Kuusap keningnya untuk terakhir kalinya, dan bisikan di telinganya. Aku bahagia lahir dari ibu sepertimu, semoga tenang disana. Ternyata Allah lebih sayang mamah.
Dan aku juga menyadari kita hanyalah miliknya.
Aku menghadapinya bersama bayi di kandungan, anakku kuat juga sudah diajak merasakan kehilangan yang sebenarnya juga bukan milikku.
Jujut saja, aku masih sangat membutuhkamu. Tapi Allah lebih tau kebutuhanku.
Karena kata katanya, aku lagi lagi menangisimu kan. Semoga tidak mengganggumu di alam sana.
Aku berusaha tidur, tapi sulit juga karena air mata terus meresak keluar jika ku tutup mata teringat semua momen bersamamu.
Lalu aku merasa hangat, sore itu di sawah bermekaran bunga mekar sore warnanya pink. Ku lihat siluet seorang anak digandeng ibunya. Tiba tiba air mataku mengalir, ternyata aku rindu ma.
Wajah yang tidak bisa kulihat lagi dan tubuh yang tidak bisa ku peluk lagi, hanya sebatas alfatihah ku bacakan.
Terimakasih, menjadikan ulangtahunku pengingat kematian untuk bertemu sang pencipta.
0 komentar:
Posting Komentar